Jumat, 31 Desember 2010

Serang Malaysia, RI Bisa Dikeroyok 4 Negara

Elin Yunita Kristanti | Rabu, 1 September 2010,
14:51 WIB
VIVAnews -- Perang dengan Malaysia, itu
bukan pilihan bijak. Seperti dikatakan Ketua DPR
Marzuki Alie. Dia meminta masyarakat Indonesia
untuk tidak terprovokasi.
Masalah Malaysia, kata Marzuki, harus diselesaikan
dengan cara damai. Perang sama sekali tidak ada
gunanya. "Menegakkan harga diri tidak hanya
dengan perang," kata Marzuki Alie di Gedung
DPR, Jakarta, Rabu 1 September 2010.
Senada, Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan
Kebudayaan (PMB) LIPI dan The Indonesian
Institute, Jaleswari Pramodhawardani
mengatakan, kedua belah pihak akan sama-sama
menderita jika perang jadi jawaban.
Jaleswari juga mengingatkan, warga Indonesia
bisa saja bermodalkan semangat berkobar. Tapi
kita juga harus realistis. Malaysia adalah anggota
aliansi Five Power Defence Arrangements (FPDA)
bersama dengan Singapura, Selandia Baru,
Australia, dan Inggris.
"Jika Malaysia mengaktifkan klausul serangan
terhadap satu negara anggota akan merupakan
serangan terhadap anggota aliansi lainnya, maka
kita bisa dikeroyok empat negara lainnya," kata
Jaleswari.
Jangan lupa juga, Inggris adalah anggota pakta
pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang juga
punya klausul sama.
Berikut petikan wawancara VIVAnews dengan
Jaleswari Pramodhawardani:
Jika perang terjadi, apa untung ruginya
untuk Indonesia?
Untuk menuju perang tidak mudah. Selain kedua
negara memiliki hubungan strategis di Asean,
kedua kepala negara tidak berminat untuk
mencari solusi itu -- jika mengamati statemen
keduanya di media.
Urusan perang juga tidak mudah kedua belah
pihak akan sama-sama menderita
Walaupun teknologi persenjataan Malaysia lebih
modern dan banyak,
tapi untuk menang perang tidak hanya ditentukan
oleh teknologi dan jumlah alutsista. Masih banyak
elemen yang menentukan kemenangan perang,
seperti kepemimpinan, strategi, jumlah pasukan,
dan kondisi psikologis prajurit.
Bagaimana perimbangan kekuatan dua
negara, juga melihat bahwa Malaysia
terikat dengan FPDA?
Kita boleh modal semangat berkobar melawan
Malaysia, tapi jangan lupa, musuh kita tidaklah
Malaysia saja. Malaysia memiliki aliansi pertahanan
FPDA yang anggotanya juga Inggris, Australia,
Singapura, dan Selandia baru.
Jika malaysia mengaktifkan klausul, serangan
terhadap satu negara anggota akan merupakan
serangan terhadap anggota aliansi lainnya, maka
kita bisa dikeroyok empat negara lainnya.
Belum lagi Inggris yang juga anggota NATO,
dalam artikel 5 nya juga memiliki klausul yang
hampir sama dengan FPDA.
Memang ada pendapat bahwa itu kan perjanjian
tahun 1970-an yang pasti memiliki konteks yang
berbeda. Tapi menurut saya, sepanjang klausul
dalam aliansi pertahanan itu belum dicabut, tetap
masih berlaku.
Apalagi setelah 30 tahun berdirinya aliansi ini
mereka semakin memantapkan kerja samanya di
bidang keamanan.
Apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri
konflik ini?
Konflik bisa diakhiri jika kedua negara saling ada
respek dan menghargai. Selama ini kasus dengan
Malaysia dengan persoalan perbatasan saja sudah
berulang kali terjadi. Tahun 2009 ada 14 kasus
2010 ada 11 kasus, belum lagi urusan lain.
Saya pikir, perlu ada terapi kejut untuk Malaysia,
entah itu dalam bidang ekonomi, melalui
pembatasan-pembatasan yang dilakukan atau
warning keras lainnya.
Terapi kejut ini memperingatkan agar Malaysia
memiliki respek sebagai negara yang bertetangga.
Kedua, mengaktifkan forum Asean. Selama ini
forum Asean terkesan mandul. Tidak ada
terobosan strategis yang dilakukan satu dekade
ini. terutama untuk menyelesaikan perselisihan
antar anggotanya.
Persoalan perbatasan juga persoalan
pembangunan diplomatikyang tangguh dan kuat.
Sebaiknya dilakukan pemerintah dalam
pertemuan RI-Malaysia 6 September nanti. Pada
pertemuan tersebut perlu mendesakkan
semangat nasionalisme Indonesia ke dalam
kebijakan luar negeri kita.

1 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More